Selama Firdha1 bekerja di 301compartment2 bersama Anitha Silvia, obrolan mengenai Kampung Siwalankerto Selatan selalu muncul. Firdha lahir dan besar di Kampung Siwalankerto Selatan, tepatnya di Jalan Siwalankerto Selatan Gang Oerip di Surabaya Selatan. Ternyata nama gang Oerip adalah nama kakek buyut Fidha yang konon adalah penduduk mula-mula Kampung Siwalankerto, namanya Oerip. Firdha adalah generasi ke-4 yang tinggal di kampung ini. Obrolan mengenai Oerip dan Kampung Siwalankerto Selatan kami rangkum dalam format tanya-jawab (Anitha bertanya, Firda dan keluarga menjawab) berikut ini. Beberapa pertanyaan kami titipkan ke orang tua Firdha (Pak Totok).
Apa yang paling dikenang oleh keluarga besar Firdha tentang kakek buyut, Mbah Oerip?
Mbah Oerip adalah seorang petani, lahir di Kampung Siwalankerto dan tinggal di gang ini (Jalan Siwalankerto Selatan Gang Oerip). Yang memiliki tanah ini adalah Mbah Oerip, istrinya Mbah Oerip juga asli Kampung Siwalankerto.
Apakah dulu kampung ini banyak pohon siwalan, kemudian diberi nama Siwalankerto?
Dulu nama Kampung Siwalankerto adalah Wonokerto, kemudian karena banyak pohon gayam disebut Alas Gayam. Berubah menjadi Siwalankerto karena dijadikan satu kelurahan, Kelurahan Siwalankerto. Karena ada banyak KK3 maka dibagi menjadi (jalan) Siwalankerto Selatan, Siwalankerto Timur, Siwalankerto Tengah, Siwalankerto Barat dan Jalan Siwalankerto. Perubahan nama Wonokerto menjadi Siwalankerto kurang lebih sekitar tahun 80-an. Ada tokoh yang babat alas Kampung Siwalankerto yaitu Kyai Muhammad Ibrahim. Rumah beliau di-waqaf-kan menjadi masjid4.
Bagaimana asal mula Gang Oerip?
Asal mula nama Gang Oerip adalah nama dari pemilik tanah terdahulu. Nama pemilik tanah mula-mula di gang ini adalah Mbah Oerip sehingga menjadi nama gang ini, Gang Oerip. Untuk asal mula gang ini bisa dijadikan sebuah gang adalah pada awalnya ini merupakan lahan tanah yang luas dengan lebar 25 m dan panjang 120 m. Tanah tersebut diwariskan kepada cucu-cucunya (anak Mbah Oerip ada tiga), tiap bagian tanah terdapat jalan tengah untuk akses ke tiap bagian (kavling) tersebut. Akhirnya jalan-jalan tersebut menjadi jalan tembusan Gang Oerip dan untuk gang lainnya pun juga sama. Semua gang-gang kecil yang ada RT 02 RW 06 ini diberi nama dengan nama pemilik tanah yang mula-mula.
Selain gang Oerip, ada juga gang-gang yang mungkin diberi nama orang-orang yang pertama kali menetap di Kampung Siwalankerto Selatan, mungkin pernah dengar ceritanya (Nama gang lain yang merupakan nama orang)?
Jadi, nama gang yang ada di RT 02 RW 06 (hanya di RT 02 yang memiliki nama-nama gang bertema nama-nama pemilik tanah mula-mula) ini merupakan nama pemilik tanah terdahulu. Seperti (Jalan Siwalankerto Selatan) Gang Madusen yang berarti pemilik tanah terdahulu bernama Pak Madusen. Dulu pemilik tanah tersebut memiliki tanah yang cukup luas. Sehingga tanah tersebut dijadikan gang kecil yang dapat dipakai umum.
Mak Silah (nenek dari Firdha), sebagai generasi ke-2 yang tinggal di Gang Oerip, apa pekerjaan beliau sehari-hari? Apa pekerjaan Pak Djayus (kakek dari Firdha)?
Mbah Djayus bekerja sebagai tani dan pemborong. Mak Silah seorang ibu rumah tangga dan pedagang makanan tradisional (jajanan pasar).
Bagaimana Pak Totok (ayah dari Firdha) sebagai generasi ke-3 melihat Kampung Siwalankerto Selatan menjadi padat dan kehadiran kampus UK Petra pada tahun 1960-an?
Semenjak kehadiran kampus Petra, Kampung Siwalankerto Selatan menjadi ramai dan padat penduduknya. Di kampung ini juga ada beberapa tempat kos mahasiswa Petra.
Selain keluarga Bapak Totok, anak-cucu Mbah Oerip juga menetap di kampung ini. Apa saja keuntungan menetap dengan keluarga besar di kampung yang sama?
“Gak pindah kesana kesini, berdomisili mudah mendapat rejeki,” jawab Pak Totok.
“Karena menetap dengan keluarga besar di kampung yang sama jadi lebih mudah dalam hal komunikasi dan yang pastinya dekat dengan keluarga,” tambah Firdha.
Bagaimana harapan Bapak Totok dan Ibu Zur atas kampung ini?
Harapannya ya pastinya tentram, rukun, aman-aman aja kampungnya.
Sebagai generasi ke-4, bagaimana Firdha melihat Kampung Siwalankerto Selatan, apa saja yang hilang, apa saja yang masih ada, apa saja yang paling disuka, apa saja yang tidak disuka?
Kalau untuk apa saja yang masih ada dan apa saja yang sudah hilang, saya kurang tahu terutama untuk hal-hal yang terlihat. Untuk hal yang saya sukai dari kampung ini, yaitu saya masih merasa cukup dekat dengan fasilitas-fasilitas yang ada di dalam dan sekitar kampung. Banyak orang jualan makanan, minuman, macam-macam lah yang ada di kampung ini, ramai yang jualan karena dekat kampus. Ada tempat print ukuran kertas yang besar (A3, A2) di kampung ini merupakan sebuah keuntungan buat saya karena sering print dengan ukuran tersebut untuk kuliah. Untuk hal yang tidak saya sukai mungkin sudah tidak terjadi lagi karena adanya pandemi yaitu macet di sekitar Petra. Dulu sebelum pandemi di jam-jam tertentu di kawasan tersebut sering macet.
Bagaimana mobilitas sehari-hari Firdha waktu SD, SMP, SMA, dan kuliah. Naik kendaraan apa saja?
Waktu SD dari kelas 1-2 diantar naik motor, kelas 3 antar-jemput becak dengan kakak, kelas 6 naik sepeda. Waktu SMP kelas 1-2 antar-jemput motor, kalau kelas 3 naik sepeda. SMA naik motor boncengan dengan teman, dan kuliah naik motor.
Sekarang dari rumah Firdha ke mana saja yang bisa dijangkau dengan jalan kaki?
Untuk sekarang yang saya rasa bisa dijangkau dengan jalan kaki itu dari rumah ke musholla di RT 2, masjid di RT 3, pasar di Gang SMKI.
Waktu sekolah dasar (SD) sering mainnya di mana saja?
Waktu SD sering mainnya di gang rumah dan kadang ikut kakak main sama temannya (seperti mancing) di Siwalankerto Permai.
Apa saja perbedaan suasana di pagi hari, siang hari, dan malam hari di Jalan Siwalankerto Selatan?
Untuk di RT 1 dan RT 3 merupakan daerah yang banyak dilalui kendaraan bermotor terutama sepeda motor. Sehingga, baik pagi, siang maupun malam ramai. Sedangkan di RT 2 kalau di pagi hari tidak terlalu ramai, di siang hari sekitar jam 10 sampai jam 11 ramai di Gang SMKI karena ada pasar. Sedangkan di malam ramai di waktu Maghrib dan Isya karena banyak yang sholat di musholla.
TAMBAHAN
Dulu Mbah Djayus punya usaha jual bensin ketengan di depan gang Oerip dan beliau setiap hari duduk di depan rumah. Mbah Djayus juga seperti “pengawas” Gang Oerip, jadi setiap ada sepeda motor yang lewat tidak berani ngebut. Karena itu pengendara motor yang lewat jadi pelan-pelan bahkan ada yang sampai dituntun. Gang Oerip merupakan gang cukup padat dengan rumah-rumah dengan lebar gang ± 1.5m. Mbah Djayus juga membuat sign dan polisi tidur untuk pengendara motor yang lewat agar lebih pelan-pelan.
PROFIL
Firdha Amaliah lahir dan berdomisili di Surabaya. Sebagai lulusan Arsitektur UINSA tahun 2021, Firdha tertarik mengenai riset urban maupun arsitektural.
1 Firdha Amaliah adalah lulusan Arsitektur UINSA tahun 2021. Firdha bekerja bersama Anitha Silvia di 301 Compartment selama 1 bulan, 15 November – 10 Desember 2021.
2 301 Compartment adalah ruang bersama yang mendorong produksi dan distribusi pengetahuan di bidang studi perkotaan, arsitektur, lingkungan, sejarah, desain, dan disiplin ilmu lainnya. 301 Compartment aktif pada bulan Juli 2021-Januari 2022 di Jalan Flores 15, Surabaya.
3 KK adalah singkatan dari Kartu Keluarga. KK memuat data tentang susunan, hubungan, nama anggota keluarga. KK wajib dimiliki oleh setiap keluarga. Keluarga adalah kelompok sosial terkecil dalam masyarakat sebagai unit terkecil dalam masyarakat.
4 Kini nama Kiai Ibrahim di Kampung Siwalankerto diabadikan menjadi nama lembaga pendidikan TK dan SD Kiai Ibrahim yang berada tepat di samping masjid Al Hidayah. Sementara untuk makamnya, menjadi makam tetenger kampung di kompleks makam Islam Siwalankerto yang berada di Jl A Yani Surabaya. (Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Jasa Kiai Ibrahim, https://surabaya.tribunnews.com/2011/03/11/jasa-kiai-ibrahim. Penulis: Cak Sur)
5 Siwalan adalah kependekan dari Siwalankerto, warga lebih sering menggunakan kata “Siwalan”